Powered By Blogger

Minggu, 25 Juli 2010

bahasa jawaku terinfeksi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah dipergunakan secara luas di Indonesia. Hampir seluruh kalangan menggunakan bahasa Indonesia baik secara aktif maupun pasif. Di berbagai lingkungan bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa pengantar. Alasannya bahasa Indonesia digunakan untuk memudahkan komunikasi. Namun, dewasa ini penggunaan bahasa Indonesia telah menggeser kedudukan berbagai bahasa daerah di Indonesia. Para penutur berbahasa Indonesia beranggapan bahwa bahasa Indonesia lebih memiliki prestise daripada bahasa daerah mereka (harian FAJAR, 12 Agustus 2009).

Tidak dipungkiri kita sebagai bangsa Indonesia wajib menjaga eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Salah satu caranya adalah menggunakannya sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Namun, di sisi lain cara tersebut bisa mengancam bahasa daerah atau bahasa ibu kita. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah eksistensi bahasa Jawa. Jadi, walaupun bahasa Jawa masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara aktif namun kadang telah dicampuri unsur-unsur dari bahasa lain termasuk juga bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional kita.

Setiap hari keberadaan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah yang patut dilestarikan semakin tersisih keberadaannya. Bangsa Indonesia yang 65% terdiri dari generasi muda di bawah umur tigapuluahan dengan mobilitas yang tinggi dan sangat mudah menerima unsur-unsur baru baik dari dalam maupun dari luar negeri. Jadi pergeseran yang dialami oleh bangsa Indonesia secara umum atau suku jawa secara khusus, tidak hanya dari sisi bahasa namun juga pada sisi adat ketimuran, sopan-santun dan juga unggah-ungguh. Mereka berkilah perubahan itu diperlukan untuk kemajuan dan mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain yang sudah jauh di depan kita. Padahal kita semua tahu negara-negara Asia yang maju seperti Jepang, Cina, India, Iran dan lain-lain, mereka justru maju dengan berbekal ketradisionalan mereka dan tetap menjaga tradisi warisan dari nenek moyang. Jadi mengapa kita tidak mencoba memajukan bangsa Indonesia dengan menggunakan ketradisionalan kita, dan menggunakan tradisi warisan nenek moyang dan dengan menggunakan kearifan lokal yang kita miliki.

Dari berbagai fakta di atas maka penulis ingin menyampaikan gagasan melalui tulisan singkat ini. Lewat tulisan ini pengarang berharap pembaca akan kembali sadar akan pentinganya pengembangan bahasa Jawa dan bisa mengetahui sejauh mana bahasa Jawa telah terpengaruh unsur-unsur lain di luar bahasa Jawa. Secara khusus sejauh mana bahasa indonesia telah mempengaruhi bahasa Jawa. Tulisan ini bertopik pengaruh bahasa Indonesia terhadap bahasa Jawa. Dan berjudul “Bahasa Jawaku Terinfeksi”. Yang selanjutnya akan dibahasa pada bab berikutnya.

I.2 Rumusan Masalah

Dari topik bahasan dan berbagai fakta di atas dapat diambil rumusan masalah seperti di bawah ini:

1. Bagaimana penggunaan bahasa Jawa pada masa sekarang?

2. Mengapa bahasa Jawa ditinggalkan oleh para penuturnya?

3. Bagaimana setelah bahasa Jawa dimasuki unsur- unsur bahasa Indonesia?

4. Masih relevankah bahasa Jawa di masa sekarang ini?

I.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas tujuan yang akan dicapai adalah:

1. Mengetahui penggunaan bahasa Jawa di masa sekarang

2. Mengetahui penyebab bahasa Jawa ditinggalkan oleh para penuturnya

3. Mengetahui bahasa Jawa yang telah dimasuki oleh unsur-unsur bahasa Indonesia

4. Mengetahui tingkat relevansi bahasa Jawa di masa sekarang ini

I.4 Manfaat Penulisan

Nantinya setelah tulisan ini diselesaikan diharapakan pembaca akan:

1. Lebih menghargai bahasa Jawa sebagai bahasa daerahnya yang seharusnya dilestarikan.

2. Dengan bahasa Jawa dan segala unggah-ungguh di dalamnya bisa dijadikan filter dalam menghadapi budaya baru yang kurang sesuai dengan kebudayaan kita.

3. Semakin memperkaya diri dengan warisan nenek moyang yang adi luhung dan bisa dibanggakan.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Fakta Penggunaan Bahasa Jawa di Masa Sekarang

Masyarakat kita sekarang sedang berada dalam masa transisi yang cepat berlangsungnya, baik dalam intensitasnya maupun dalam ekstensitasnya yang mendalam dan meluas di segala bidang. Perubahan yang cepat itu mengenai Bangsa Indonesia yang konon 65% penduduknya adalah generasi muda di bawah umur tigapuluh tahun. Generasi muda yang semakin jauh dari kepribadian ketimuran dan jarang memahami pentingnya bahasa Jawa, serta nilai-nilai gaya hidup tradisional yang belum cukup mendarah daging dan belum sampai mereka cintai sebagai kearifan lokal yang berperan penting bagi kepribadianya. Inilah dunia atau lingkungan, khususnya dunia kaum muda yang juga dialami penulis. Penulis yang tugasnya kelak mempersiapkan kaum muda untuk masa depannya.

Bahasa jawa yang dianggap jauh dari nilai kekinian semakin hari semakin ditinggalkan oleh para penturnya, terutama penutur mudanya seperti diungkapkan di atas. Para generasi muda seakan-akan bersikap anti pada bahasa Jawa. Mereka akhirnya bereksodus ke bahasa Indonesia dan digunakan dalam perckapan sehari-hari. Namun, faktanya bahasa Indonesia yang dugunakanpun bukan bahasa Indonesia yang semestinya atau bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan. Para generasi muda ini menggunakan bahasa Indonesia biasanya menggunakan bahasa Indonesia yang berbau Inggris atau bahasa-bahasa prokem yang dianggap bahasa gaul. Ataupun jika mereka menggunakan bahasa Jawa biasanya juga telah dicampuri dengan bahasa lain termasuk bahasa Indonesia.

Di sisi lain generasi menengah ke atas atau generasi dewasa justru lebih menekankan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu anak-anak mereka dan menempatkan bahasa asing seperti seperti bahasa Inggris sebagai bahasa keduanya. Pengajaran dan pembelajaran bahasa Jawa sudah ditinggalkan, bahkan tidak dilirik sama sekali oleh para orang tuanya. Para orang tua ini justru menganggap bahwa bahasa Jawa itu tidak ada gunanya dipelajari dan justru terkesan ndeso di mata mereka.

Orang-orang yang masih menggunakan bahasa Jawa serta segala unggah-ungguh yang ada di dalamnya biasanya adalah orang-orang yang banyak tinggal di pedesaan. Mereka masih menghargai tradisi warisan nenek moyang karena jika mereka melanggar akan takut terkena hal-hal tidak baik yang tidak mereka inginkan. Biasanya larangan-larangan ini disebut wewaler.

.

II.2 Penyebab Bahasa Jawa Semakin Ditinggalkan oleh Penuturnya

Seperti dibahas pada bab sebelumnya bahasa Jawa telah banyak ditinggalkan oleh penuturnya. Atau jikapun ada penutur yang menggunakan bahasa Jawa, bahasa Jawa yang mereka gunakan sudah terinfeksi atau dimasuki unsur-unsur bahasa lain selain bahasa Jawa terutama bahasa Indonesia. Jika dibedakan berdasarkan usianya penutur bahasa Jawa bisa dibedakan menjadi beberapa golongan. Golongan tersebut diantaramnya adalah golongan pelajar dari usia 6-15 tahun, pelajar usia 16-19 tahun, golongan mahasiswa, golongan dewasa dan golongan tua. Selanjutnya setiap golongan akan diuraikan satu persatu apa yang menjadi panyebab bahasa Jawa ditinggalkan oleh setiap golongan.

Golongan pertama adalah golongan pelajar usia 6-15 tahun. Pada taraf usia seperti ini penutur biasanya masih mencari jati diri kebahasaannya. Jadi, bahasa yang mereka gunakan adalah sesuai yang diajarkan oleh lingkungannya. Terutama lingkungan keluarga yang menjadi tempat si penutur mencari jati dirinya. Jadi, bila pada taraf usia ini penutur meninggalkan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu maka penyebabnya adalah tidak diajarkannya bahasa Jawa secara benar kepada si penutur.

Golongan kedua adalah golongan pelajar usia 16-19 tahun. Pada usia ini penutur sudah mendapatkan pengaruh di luar lingkungan sehari-harinya. Dan biasanya pada usia ini penutur mudah sekali terhanyut dan meniru segala hal yang dianggapnya aktual agar tidak dianggap ketinggalan jaman. Penyebab pada taraf usia ini adalah gencarnya serangan atau pengaruh yang kepada penutur dianggap lagi pada usia remaja penutur berusaha mencari jati dirinya dengan mencari hal-hal baru. Apalagi jika pada taraf sebelumnya dasar yang diberikan oleh lingkungan terdekat tidak begitu kuat.

Golongan berikutnya adalah golongan mahasiswa. Mahasiswa biasanya mulai berpikiran idealis dan juga mulai berpikir ilmiah atau setidaknya mereka ingin terlihat ilmiah karena tuntutan statusnya sebagai seorang mahasiswa. Karena sebab itulah mereka lebih memilh bahasa Indonesia sebagai bahasa tutur atau bahasa jawa yang sudah tercampur bahasa Indonesia atau bahkan bahasa Inggris. Dan dalam konteks ini bahasa Jawa dianggap kurang mencerminkan keilmiahan itu sendiri, bahkan oleh mahasiswa jurusan bahasa Jawa sendiri.

Golongan dewasa adalah golongan yang mengisi taraf penutur berikutnya. Pada golongan yang sudah mapan ini bahasa Jawa biasanya bahasa Jawa ditinggalkan dan memilih bahasa lain sebagai sarana komunikasi adalah karena bahasa Jawa dianggap kurang memiliki prestise jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Indonesia misalnya. Jika golongan ini memakai bahasa Jawa biasanya dengan intensitas yang rat-rata sangat kecil.

Pada taraf berikutnya dari penggolongan penutur ini adalah golongan tua. Biasanya golongan tua yang meninggalkan bahasa Jawa sebagai bahasa ibunya adalah golongan dengan kelas ekonomi menengah keatas. Seperti golongan dewasa golongan ini menganggap bahasa Jawa kurang memiliki rasa prestise atau kebanggan jika dituturkan. Bahasa Jawa dianggap bahasa orang dengan ekonomi rendah, sehingga bahasa Jawa pun dijauhi atau ditinggalkan.

II.3 Bahasa Jawa yang telah Dimasuki Unsur-unsur Bahasa Indonesia

Dewasa ini bahasa Jawa telah kemasukan oleh unsur-unsur bahasa lain khususnya bahasa Jawa. Ini disebabkan oleh penutur-penutur bahasa Jawa yang cenderung multilingual. Jadi, sudah tidak jarang lagi bahasa Jawa yang digunakan mengalami alih kode atau campur kode. Jika dalam konteks komunikasi sehari-hari dapat diambil cintoh sebagai berikut:

“cah, ayo ngenet aku pengin golek tugas”

Kata ngenet sebenarnya bukan kosakata asli bahasa Jawa. Kata ini mempunyai arti “pergi ke warnet”, berasal dari kata warnet yang kemudian memperoleh imbuhan nasal atau anuswara dalam bahasa Jawa.

Disamping penyimpangan yang disampaikan oleh penutur dalam hal komunikasi secara langsung, media massa berbahasa Jawa juga melakukan penyimpangan dalam berbahasa Jawa dengan memasukkan unsur-unsur bahasa Indonesia di dalamnya. Contohnya seperti di bawah ini:

“Rasa sujanane kegawa terus-terusan ing sadawane bengi” (jayabaya, nomor 24 2010 hal.29)

Kata-kata sadawane bengi berasal dari ungkapan dalam bahasa Indonesia sepanjang malam. Seharusnya sadawane bengi bisa diganti dengan kata-kata sawengi natas yang memiliki arti sama.

Di majalah berbahasa jawa lain juga terdapat kalimat bahasa Jawa yang berstruktur bahasa Indonesia. Seperti di bawah ini:

kanthi mangkono, pangarep-arep bisa ing podium nomer siji bakal kasembadan” (Panjebar Seamangat nomor 13 2010 hal. 16)

Kalimat di atas sebenarnya berstruktur bahasa indonesia yaitu “dengan demikian, harapan bisa di podium satu bisa terlaksana”.

Dengan beberapa uraian dan contoh di atas dapat diketahui bagaimana bentuk-bentuk bahasa jawa yang telah terinfeksi oleh unsur-unsur bahasa Indonesia.

II.4 Relevansi Bahasa Jawa di Masa Sekarang

Bahasa Jawa merupakan bahasa yang sangat kaya. Di dalamnya terdapat tataran atau unggah-ungguh bahasa yang mempunyai nilai penghormatan dan sopan santun sesama penutur bahasa Jawa. Jika seseorang sudah bisa menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar artinya seseorang tersebut sudah tahu empan papan (bisa mmenempatkan diri).

Sayangnya bahasa Jawa dijauhi dengan berbagai alasan seperti yang diungkapakan di atas. Mungkin juga faktor lain yang menyebabkan bahasa Jawa dijauhi adalah bahasa Jawa dianggap sebagai bahasa yang rumit dengan segala tingkatan-tingkatannya atau istilahnya undha-usuk bahasa Jawa itu sendiri. Namun, sebenarnya bahasa Jawa dibuat bertingkat-tingkat sebagai wujud penghormatan terhadap orang yang lebih tua atau orang yang dihormati.

Kehidupan dan lestarinya bahasa Jawa sendiri entah itu di masa sekarang ataupun di masa depan itu tergantung kepada sejauh mana para penuturnya ingin memepertahankan bahasa Jawa. Entah itu melalui media sastra tulis, satra lisan atau media yang lainnya.

Kaitannya dengan relevansi adalah sepantas apakah bahasa Jawa digunakan di masa sekarang yang sudah sangat kompleks. Jika dipikirkan pada masa sekarang bahasa jawa yang dianggap ruwet dan penuh dengan aturan sebenarnya justru memiliki keistimewaan bila dibanding dengan bahasa lainnya. Tentu saja penuturnya yang semakin lama semakin sedikit ini harus bisa mempertahankan bahasa Jawa sebagaimana mestinya. Jadi, jika ada pertanyaan masih relevankah bahasa Indonesia di masa sekarang? Jawabannya adalah ya tentu saja.

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulanan

Setelah melalui pembahasan pada ba sebelumnya maka pada bab ini dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Di masa sekarang bahasa Jawa sudah tersisih dan digantikan dengan bahasa lain. Ini terjadi karena bahasa Jawa dianggap sebagai bahasa yang kuno dan terkesan tidak masa kini bila dibandingkan dengan bahasa Indonesia.

2. Bahasa Jawa banyak ditinggalkan oleh penuturnya dakarenakan berbagai alasan sesuai dengan golongan berdasarkan tingkatan umur atau strata sosialnya.

3. Karena banyak pernutur bahasa Jawa yang multilingual akhirnya banyak kosakata bahasa Jawa yang berstruktur bahasa indonesia atau bahkan menyerap secara langsung dari bahasa indonesia.

4. Bahasa Jawa dengan segala kerumitannya adalah bahasa yang kaya. Dan dari dasar itu pula bahasa Jawa pantas dipertahankan pada masa sekarang ini. Karena kerumitan bahasa Jawa sebenarnya merupakan keistimewaan tersendiri bila dibandingkan dengan bahasa Jawa.

III.2 Saran

1. Pemerintah hendaknya mempunyai kebijakan yang bisa menjaga agar bahasa Jawa dianggap ssebagai kekayaan bangsa yang wajib dijaga kehidupan dan kelestariannya.

2. Para praktisi pendidikan dan segala unsur di dalam dunia pendidikan harus menjadi ujung rombak dalm upaya pelestarian bahasa Jawa ini. Karena dunia mempunyai andil yang sangat besar dalam mengajarkan bahasa Jawa yang baik dan benar.

3. Para penutur asli bahasa jawa harus bangga dengan kebahasaan jawaannya. Tetap mengajarkan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu kepada anak-anaknya, tetap menggunakan bahasa jawa yang baik benar dalam proses komunikasi sehari-harinya.

DAFTAR RUJUKAN

Harianfajar.com

Kompas.com

Wapedia.com/wikipedia berbahasa Jawa

ABSTRAK

BAHASA JAWAKU TERINFEKSI

Dening: Tangguh Hestu Wibawa

Panaliten utawa analisis iki ngenani basa Jawa kang gegayutan karo kepriye panganggepe bebrayan gedhe tumrap basa Jawa iku dhewe. Saliyane iku ana ing tulisan iki ngandharake apa sebabe basa Jawa nganti ditinggal para penuture. Lan kepriye mungguh panguripane basa Jawa ing jaman samengko apa tetep kaya ngene bisa tumapak mlaku munggah utawa malah mati kepangan jaman. Ing njero tulisan iki penuture basa Jawa diperang dadi maneka warna golongan supaya luwih gampang anggone nintingi apa kang sebabe basa jawa kelangan para penuture. Ing kene uga ana tuladha-tuladhane basa Jawa kang wis ngalami owah gingsir saka wujud kang asline amarga oleh pangaribawa saka basa Indonesia.

Kata kunci: bahasa Jawa, bahasa Indonesia, pengaruh,

KATA PENGANTAR

Bahasa Jawa merupakan bahasa tinggalan nenek moyang yang sangat kaya. Selain itu bahasa Jawa seperti halnya bahasa-bahasa lainnya memiliki kekhasan dan keistimewannya sendiri yang membedakan dengan bahasa-bahasa yang lainnya. Namun, dalam bahasa Jawa ada tataran-tataran yang berarti sebuah pengakuan kedudukan atau penunjukkan rasa kehormatan terhadap lawan bicara yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Namun, sayangnya bahasa jawa yang begitu indahnya tersebut kini banyak ditinggalkan penuturnya dengan berbagai alasannya. Selain itu, bahasa Jawa kini sudah tidak prawan lagi dengan berbagai unsur yang telah merasukinya. Terutama pengaruh dari bahasa Indonesia.

Oleh karena fakta di atas maka dibuatlah makalah singkat ini dengan tujuan untuk mengupas lebih dalam tentang pengaruh bahasa Indonesia terhadap bahasa Jawa. Dan akhirnya atas berkat dan ramat Allah SWT penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah ini tepat waktu. Selain itu penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesain makalah ini. Khusunya untuk:

1. Bapak Suharmono Kasiun selaku dosen bahasa Indonesia yang telah memberikan bimbingan.

2. Teman-teman yang turut membantu proses pembuatan makalah ini.

3. Serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Walaupun demikian penulis menyadari tulisan masih sangatlah jauh dari kesempurnaan. Dalam hal ini kekurangan-kekurangan makalah ini menjadi tanggung jawab penulis pribadi untuk memperbaiki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun mutlak penulis perlukan untuk perubahan yang lebih baik ke depan. Dan semoga tulisan singkat ini bisa berguan bagi siapapun yang membacanya.

Surabaya, Mei 2010

Penulis

TUGAS BAHASA INDONESIA

Bahasa Jawaku Terinfeksi


Oleh:

TANGGUH HESTU WIBAWA

082114001

UNIVERSITAS NEGERI SURABABYA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH (JAWA)

2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar